My Handsome Prince


Pangeran tampan, matanya tak pernah menampakan kesedihan. Dalamkegalauan dunia ia ciptakan banyak bintang di langit malam mempesona. Alangkah indahnya ketika sekelumit senyuman terselip dalam wajahnya. Nmpak pijar sinar menghiasi hari-hari tanpa satupun manusia mengira ia dalam sejarah dunia yang malang.
Simpan dalamkedalaman cahaya malam tentang senyumannya, tentang bintang yang merindukan suatu dekapan gerimis dihiasi cahaya bulan. Ah... so heroic my handsome prince mengendarai kuda dengan gagahnya, menyelipkan jari-jarinya dalam semerbak wangi setangkai mawar.
"Bawa aku... rayu aku dengan cintamu... simpan segala dukamu dalam lipatan mahkotaku yang semakin lusuh"

Hari yang sepi seakan menambah keheningan, menghilangkan kepenatan jiwa. Mata bening layak kaca dan senyum berharga layak permata hampir membuat hatiku luluh akan jiwanya. Darimana kau berasal?! Membuat jiwaku melayang mengenakan pertanyaan asing dari dunia dan percakapan orang-orang di sekeliling kita.
Ada nama dalam sebait senyuman, entah itu... merajuk setiap nadi dan mengantarkan perjalanan panjang, menunjukkan arah pada setiap lintasan dimana terdapat banyak senyuman, canda, sinaran bintang dan waktu yang terus menyempit. Dulu sekecil itu, sekarang kelimat kecil telah melempaui batasikiran otakku.
Langitnya malam berhiaskan dengan bintang-bintang hampir setiap hari menempati celah-celah kerinduan di dada. Persemaian jiwa telah ditambatkan dalam nama-nama syurga yang kekal. Persekutuan antara dua makhluk akan bergaris putih dalam langit-langit malam penuh bintang bertaburab. Ah... hiasan cinta akan dengan sendirinya mengartikan nama-namanya dengan banyak pengertian. Namun ketika mengartikan dirinya dengan sekelumit penyatuan, semua berteriak
"Aku bersatu karena cinta... bukan karena angkara"

Hari telah membuktikan padaku bahwa pangeran tampanku telah berlalu dengan segala senyumannya, menepikan kilauan cahaya dengan keagungannya, bahkan sembunyi dalam bersedih dengan kesenangannya.
"Aku ingin menikmati semua itu dengan cara apapun, namun sekedar dahaga yang lewat pada dadaku!"
Tak sepantasnya berkata seperti itu, jiwamu tak sepatutnya menyemburkan air pada dahaga yang aku rasakan. Cinta suci penuh cahaya bahkan menyeruak hingga kesegala penjuru. Terang.... seterang hatiku yang jatuh dalam jebakan-jebakan cinta yang mempesona. Begitupun dengan warna dari pangerang tampanku dengan sekelumit hiasan hidup yang lebih sempurna dari warna yang aku genggam. Aku percaya dengan semua itu, bahkan lebih dari itupun aku harus mempercayainya. Paling tidak untuk sekedar menentramkan jiwa.
Pengakuan adalah kunci kesetiaan, namun ketika kesetiaan dihiasi angkara dan percik hitam menghiasi maskara, noda yang terselubung dijiwa seorang manusia.
Pangeran tampanku yang gagah berani, hiasan dari sekelumit pertanyaan tentang cinta. Kedamaian ada ketika aku sembunyi dalam masam wajahmu, tak beriak... hati selalu mengiakan tentang keteduhan dekapan tangan halus penuh pengakuan, akan hilang bagi jiwaku untuk mengungkapkan. Tentang apa itu? Cinta..., kesetiaan....
Ah... bodohnya aku ketika dihadapkan pada daun-daun kering yang jatuh tersibak angin, malu..., melayang dan akhirnya jatuh. ketika jatuh ada kehilangan... bahkan melupakan gelapnya malam, tertinggal senja dalam dekapan siang.
"Ah... cintaku selalu membuat orang banyak bertanya, banyak menyibak rahasia-rahasia diluar logika"

Datang padaku atas nama bintang di langit malam penuh sinaran dan cahaya putih dengan merah diatas biru diawal kegelapan. Mencelupkan ujung-ujung jemari kerinduan dengan bahasa cinta, dengan kata-kata yang tak pernag disempurnakan, dengan kekekalan janji-janjio suci yang murni.Persembahan seorang anak Adam terhadap sang bunga yang ditemukannya dalam kedalaman jiwa suci. seperti halnya terik matahari menyentil hatiku, membujuk penyempurnaan jiwa untuk hal yang dianggap lebih gila
Jalan panjang akan kita lalui , kehidupan penuh dengan berbagai macam aroma dan warna. Penyatuan dua perbedaan saling memperlihatkan jati diri, jenis yang berbeda, adat berbeda pula, bahkan watak dan karakter yang menggurui manusia untuk selalu mengedepankan.
"Inilah aku!!!"

Aku berjalan sungguh dalam kesulitan hidup. Dalam perjalanan panjang, mengais nasib dalam sebungkus harapan, seteguk doa, sepercik duka dan dupa-dupa yang mengepul memancarkan wewangian. tak membuat jiwaku untuk menghilangkan jejak tentang manusia macam aku. Terpojok tetap terpojok, menyusun helaan napas disudut paling jauh. jauh dari tangan-tangan malaikat rohman dan semua pembelaan tentang dakwaan yang disungguh-sungguhkan oleh Tuhan.
"Maaf, Tuhan... aku macam manusia seperti ini"

Berselang hari-kehari, minggu-keminggu, bahkan hampir bulan dan tahun. Hari ini... menghilangkan pangeran tampanku. Pencaharian dari sekian panjang perjalanan, mengayuh sampan, memanjangkan tali dari ikatan satu ke ikatan yang lainnya. Ingin rasanya pangeran tampanku tumbuh dari sejak kini.
Terakhir dari pencaharian untuk menemukan rangkaian bintang dengan segala kesempurnaannya. Pijakan kaki tanpa alas, kelusuhan jiwa dan harmoni alam akan dengan ikhlas menyuguhkan warna lain dari keindahan dunia. Namun... takut banyak hal dari sekian penjelajahan, hanya ada hiasan kesepian yang didapat. Sungguh menyedihkan...
Setelah waktu berlalu tanpa satupun peninggalan yang dijadikan guru sepanjang waktu. Hanya satu, aku telah menemukan My Hansome Prince dalam kejauhan mata memandang,
"Lebih dari guru itu semua, lebih dari segalanya"
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...