Kau larungkan aku
dalam renungan seribu penyair,
terseruput kegaiban tak berujung,
pada bait paling hening, di magis matamu,
angin penyihir, dan cemara tak berdesir,
menebar mantra mantra senja,
menghantar senyap,
menghantar seribu guna-guna,
maka cobalah tinjau,
di setiap kemabukan yang dikeramatkan
hati pada cinta, lihatlah kepedihan ini!
dari nanar sembilu yang kau ramu dalam anggurku
matahari terbakar sebab takdirnya
api, takdirku terbakar sebab cintamu
dan kini?,
selainmu, siapa lagi kan meleraiku,
dari keinginan ‘tuk terbakar.